Kabarmetro.id, Kota Probolinggo – Perpaduan seni dan budaya, merupakan aset tak ternilai yang memperkaya identitas suatu daerah. Warisan tradisional yang ada dalam seni dan budaya lokal merupakan hasil kreativitas masyarakat sejak zaman dahulu.
Namun, dengan adanya modernisasi dan globalisasi, warisan tradisional seringkali terancam punah. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengenal dan melestarikan warisan tradisional ini agar tidak hilang begitu saja.
Dalam obrolan santai bersama Pembina ACBN (Aku Cinta Budaya Nusantara) Tong-Tong Shot, dr. H. Aminuddin mengatan, mengenali warisan tradisional sangat penting karena sebagai warga Indonesia, kita harus menjaga dan melestarikan budaya asli bangsa kita.
“ Warisan tradisional mencerminkan kekayaan sejarah dan kebudayaan kita sendiri. Selain itu, warisan tradisional juga bisa menjadi daya tarik wisata yang mampu mendatangkan pendapatan bagi masyarakat setempat. Dengan mengenali warisan tradisional, kita juga bisa menghormati dan menghargai kehidupan orang-orang yang hidup sebelum kita,” ujar Aminuddin yang juga Calon Walikota Probolinggo 2024 mendatang, Jumat (12/7/24) malam.
Aminuddin juga mengatakan, langkah pertama dalam mengenali dan melestarikan warisan tradisional adalah dengan mencari informasi tentangnya. Ini bisa dilakukan dengan membaca buku, artikel, atau mendatangi museum dan situs sejarah. Selain itu, berbicara dengan orang tua, kakek/nenek, atau tokoh-tokoh masyarakat setempat juga dapat memberikan wawasan yang berharga tentang warisan tradisional.
“ Salah satu cara terbaik untuk mengenali warisan tradisional adalah dengan mengunjungi tempat bersejarah dan adat istiadat. Desa-desa yang masih mempertahankan adat istiadat tradisional biasanya akan memiliki bangunan-bangunan bersejarah, seperti pura, candi, atau rumah adat. Dalam kunjungan ini, kita dapat melihat sendiri bagaimana cara hidup, berkebun, memasak, dan berkarya masyarakat setempat,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua ACBN (Aku Cinta Budaya Nusantara) Tong-Tong Shot Kota Probolinggo, Ki Saimo mengatakan, bergabung dengan komunitas budaya lokal adalah cara yang efektif untuk mempelajari dan mempraktikkan warisan tradisional. Komunitas ini dapat mengadakan berbagai kegiatan seperti kursus seni rupa, tari tradisional, atau musik tradisional. Melalui interaksi dengan anggota komunitas, kita dapat belajar dari pengalaman mereka dan juga berbagi pengetahuan dan keterampilan kita,” pintanya.
Saat disinggung tokoh pewayangan, Ki Saimo menyampaikan, berdasar pada Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Punakawan adalah pelayan atau pengawal raja atau bangsawan pada zaman dahulu. Punakawan berasal dari gabungan dua buah kata yaitu ‘pana’ yang berarti paham, dan ‘kawan’ artinya teman, sehingga mereka bukanlah abdi biasa namun juga bertindak sebagai penasihat.
Pada cerita pewayangan, Punakawan digambarkan sebagai karakter jenaka dengan sifat menghibur, humoris, namun juga penuh filosofi. Punakawan terdiri dari empat sosok yang memiliki sifat dan karakter yang berbeda yaitu Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong.,” jelas Ki Saimo saat ngobrol santai dikediamannya, di Jalan Slamet Riyadi,Gang Arjuna No 11 Kelurahan Kanigaran Kecamatan Kanigaran.(Choy)
Editor : Tundra. M