Ekspor pakaian terancam, delegasi dagang Lesotho siap berunding ke Washington
WASHINGTON — Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali mengguncang sistem perdagangan global dengan kebijakan tarif impor dan resiprokal terhadap seluruh negara. Meski Indonesia terkena tarif sebesar 32 persen, negara kecil Lesotho menjadi sasaran dengan tarif tertinggi, mencapai 50 persen.
Langkah ini diumumkan Trump dalam pidatonya pada Maret lalu, disertai pernyataan kontroversial yang menyebut Lesotho sebagai negara “yang tidak pernah didengar siapa pun.” Pernyataan itu langsung ditanggapi oleh Kementerian Luar Negeri Lesotho yang menegaskan kehadiran misi diplomatik AS di ibu kota Maseru.
Tarif baru tersebut menjadi pukulan telak bagi Lesotho, negara berpenduduk 2,3 juta jiwa yang terkurung daratan di selatan benua Afrika. Menurut data Associated Press, sekitar 75 persen dari industri tekstil Lesotho diekspor ke Amerika Serikat, menjadikannya salah satu penggerak utama ekonomi lokal.
Kantor Perwakilan Dagang AS mencatat nilai perdagangan bilateral AS-Lesotho mencapai 240,1 juta dollar AS pada 2024, mayoritas berasal dari sektor pakaian, berlian, dan hasil alam lainnya. Dengan tarif 50 persen, barang-barang Lesotho diperkirakan menjadi kurang kompetitif di pasar AS.
Trump mengklaim tarif tersebut diberlakukan sebagai langkah timbal balik atas kebijakan Lesotho yang disebutnya mengenakan tarif 99 persen untuk barang AS. Namun, pejabat Lesotho membantah dan menyebut angka itu tidak diketahui sumber perhitungannya.
Lesotho, anggota blok ekonomi regional Southern African Customs Union (SACU), selama ini menikmati perdagangan bebas dengan negara-negara tetangga seperti Afrika Selatan, Botswana, Namibia, dan Swaziland. Ekspor utama negara itu meliputi pakaian, berlian, air, listrik, wol, dan mohair.
Menteri Perdagangan Lesotho Mokhethi Shelile menegaskan pemerintah akan mencari pasar alternatif dan memanfaatkan Area Perdagangan Bebas Benua Afrika (AfCFTA) untuk membuka jalur ekspor baru. Delegasi Lesotho pun disiapkan untuk terbang ke Washington dalam waktu dekat guna merundingkan pengaturan dagang yang lebih adil.
Di tengah keterbatasan, Lesotho dikenal dengan bentang alam pegunungannya dan menjadi destinasi ski favorit selama musim dingin. Tahun lalu, negara ini memperingati 200 tahun berdirinya bangsa Basotho serta 58 tahun kemerdekaan dari Inggris. Meski tergolong negara berpendapatan menengah ke bawah menurut Bank Dunia, hampir setengah penduduk Lesotho masih hidup di bawah garis kemiskinan dan seperempat menganggur.
Langkah dagang Trump kali ini menjadi pengingat bahwa ketegangan dagang global tidak hanya menyasar negara besar, tetapi juga mengguncang ekonomi kecil yang selama ini bergantung pada pasar ekspor AS. (aih)