Sejarah Kavaleri di Indonesia dimulai sejak zaman Hindia Belanda, tetapi khusus dalam tubuh militer Indonesia, babak baru Kavaleri TNI-AD bermula sejak pertempuran di Surabaya pada November 1945. Pertempuran tersebut melibatkan beberapa pemuda Indonesia, termasuk Sugiantoro—yang kelak menjadi Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri (Danpussenkav)—dan para pejuang lainnya yang menggunakan ranpur panser hasil rampasan dari Jepang, Belanda, dan Inggris untuk melawan tentara sekutu.
Kendaraan tempur hasil rampasan ini tidak hanya digunakan di Surabaya tetapi juga di berbagai daerah lain seperti Palembang pada akhir Desember 1949 dan di Jawa serta Medan pada awal tahun 1950. Para pemuda pejuang tanah air kemudian menggabungkan ranpur-ranpur ini dan membentuk satuan berlapis baja yang diberi nama Kavaleri.
Secara formal, pembentukan Kavaleri TNI-AD diresmikan melalui Surat Keputusan (SK) Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Nomor: 5/KSAD/PNPT/50 pada tanggal 9 Februari 1950 tentang Pembentukan Satuan Berlapis Baja. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Kavaleri Indonesia oleh KSAD Kolonel Abdul Haris Nasution.
Selama lebih dari 70 tahun, Korps Kavaleri TNI-AD telah menunjukkan pengabdian luar biasa kepada NKRI, mengusung motto ‘Tri Daya Cakti’ yang mencakup daya gerak, daya tembak, dan daya kejut. Satuan Kavaleri TNI telah diterjunkan dalam berbagai operasi penting, termasuk penumpasan pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan pada 1950, Pemberontakan Republik Maluku Selatan (RMS) di tahun yang sama, dan penumpasan pemberontakan PRRI di Sumatra Barat dan Sumatra Utara (1958).
Selain itu, Kavaleri juga terlibat dalam Operasi Trikora untuk pembebasan Irian Barat (1962–1963), penumpasan G-30-S/PKI tahun 1965, dan berbagai operasi lainnya seperti Operasi Seroja di Timor Timur dan Operasi Keamanan Dalam Negeri di Aceh. Tank dan panser Kavaleri TNI-AD juga sering berpatroli di Jakarta saat kondisi genting, seperti pada peristiwa Malari 1974 dan Reformasi 1998.
Hingga kini, satuan Kavaleri TNI-AD terus aktif dalam berbagai misi internasional. Mereka bergabung dalam Kontingen Garuda Pasukan Penjaga Perdamaian PBB di Kongo-Afrika (1960), UNTAC di Kamboja (1992-93), dan UNIFIL-Lebanon. Detasemen Kavaleri Berkuda TNI-AD juga selalu dilibatkan dalam upacara-upacara kenegaraan dan menyambut tamu negara.
Komandan Pusat Kavaleri TNI-AD, Kolonel Kav. Agus Setiawan, menegaskan, “Sejarah panjang dan prestasi gemilang Kavaleri TNI-AD merupakan kebanggaan bangsa. Kami terus berkomitmen untuk mengembangkan kemampuan dan teknologi tempur guna mempertahankan kedaulatan NKRI dan turut serta dalam menjaga perdamaian dunia.”
Dengan semangat yang terus menyala dan inovasi tiada henti, Kavaleri TNI-AD siap menghadapi tantangan masa depan sambil tetap menghormati warisan sejarahnya yang gemilang.(*)