BerandaNusantaraBilang di TikTok Gak Takut Istri, Pulang ke Rumah...

Bilang di TikTok Gak Takut Istri, Pulang ke Rumah Langsung Klarifikasi

Kades Sunardi Hadi bersama tiga perangkat desa Sidomukti memberikan klarifikasi. (Istimewa)

JEMBER – Beberapa hari selepas Lebaran di Desa Sidomukti, Kecamatan Mayang, Jember, empat lelaki berdiri gagah. Kepala Desa Sunardi Hadi memimpin dengan percaya diri, tiga perangkat desa mendampingi. Kamera ponsel menyorot mereka. Dengan wajah penuh keyakinan, Sunardi bersuara, “Kami berempat tidak pernah takut sama istri.”

Tawa terdengar. Video diunggah ke TikTok. Dunia maya pun geger. Tapi, dunia nyata berguncang lebih dulu. Keesokan harinya, sebuah pesan WhatsApp mendarat ke salah satu perangkat desa. Dari istri Sunardi. Isinya telak: “Sampaikan ke mas, saya juga gak takut sama suami.”

Maka muncullah episode kedua. Video klarifikasi. Judulnya: “Kami Takut Istri.” Formatnya mirip, tapi nadanya penuh rasa tobat. Sunardi, kini tanpa senyum jenaka, mengaku salah dan minta maaf. “Kami mohon yang menyimpan video itu, tolong dihapus. Jangan disebarkan lagi. Dampaknya sudah terasa.”

Rupanya, konten itu awalnya diniatkan sebagai ucapan “siap melayani warga”. Tapi, ide konten bergeser liar. Tertawa boleh, tapi ternyata tidak semua bisa menerima kelakar soal nyali di hadapan istri. Apalagi jika sedang ada masalah rumah tangga.

“Kebetulan saya memang sedang ‘tidak baik-baik saja’ dengan istri waktu itu,” ujar Sunardi. Teman-teman sejawatnya pun baru tahu belakangan. Setelah WA dari istri datang, suasana kantor desa berubah seperti ruang interogasi.

Reaksi netizen dan khalayak tak kalah heboh. Pejabat Kedubes RI di Kamboja bahkan ikut nimbrung, memastikan apakah video itu benar adanya. “Saya pernah bantu mereka waktu ada WNI terjebak di sana. Mungkin mereka khawatir saya betulan digugat cerai,” katanya sambil terkekeh.

Kapolres Jember pun ikut menanyakan video itu. Bukan untuk menangkap, tentu saja, tapi mungkin sekadar memastikan bahwa ketakutan yang baru muncul itu bukan karena tekanan hukum, melainkan tekanan rumah tangga.

Kini, Sunardi berjanji akan lebih bijak dalam membuat konten. “Selanjutnya yang positif-positif saja. Tentang potensi desa, pelayanan masyarakat, hal-hal yang tak bikin saya tidur di ruang tamu.”

Media sosial, menurutnya, memang efektif. Tapi ia baru sadar, keviralan bisa datang tanpa peringatan, apalagi kalau menyentuh topik paling sensitif: rasa takut pada istri.

“Kami berempat sadar… ternyata keberanian kami hanya bertahan sampai kamera dimatikan.” (aih)

Translate »
error: kabarmetro.id