BerandaInternasionalIsabel dos Santos Presiden Angola: Antara Konsekuensi dan Persepsi

Isabel dos Santos Presiden Angola: Antara Konsekuensi dan Persepsi

Caption : Isabel dos Santos, putri José Eduardo dos Santos. Jose adalah bekas Presiden Angola yang memerintah hampir empat dekade lamanya.

ANGOLA || Isabel dos Santos, putri José Eduardo dos Santos. Jose adalah bekas Presiden Angola yang memerintah hampir empat dekade lamanya. Jose digantikan João Lourenço yang juga berasal dari partai yang sama.

Isabel pernah menjadi simbol kejayaan Afrika. Ia dinobatkan sebagai perempuan terkaya di benua itu. Perempuan kelahiran tahun 1973 itu dianggap sebagai seorang tokoh yang menginspirasi banyak orang.

Dia berhasil membangun ratusan perusahaan lintas negara, memimpin di dunia yang selama ini didominasi oleh pria, dan menghadirkan harapan baru tentang apa yang bisa dicapai oleh perempuan Afrika di puncak dunia bisnis. Menurut *Majalah Forbes* kekayaan bersihnya mencapai US$2 miliar.

Namun, di balik kemilau itu, ada bayang-bayang panjang yang tumbuh yang beriringan dengan kekuasaan.

Setelah sang ayah turun dari kursi presiden pada tahun 2017, pemerintahan baru Angola memulai kampanye anti-korupsi besar-besaran. Mereka mulai menyelidiki tokoh-tokoh berpengaruh, termasuk Isabel dos Santos.

Pada tahun 2019, pemerintah menyita aset lokal, rekening bank, dan bisnis Isabel. Bank-bank internasional pun mulai menjaga jarak karena sorotan media yang sangat besar.

Setahun kemudian, sebuah program bernama O Banquete (Pesta) tayang di televisi publik Angola. Media menggambarkan bagaimana beberapa tokoh berkuasa, termasuk Isabel dos Santos, “memperkaya diri dengan menyelewengkan uang publik.”

Para kritikus menuduh bahwa kampanye anti-korupsi Presiden Lourenço lebih ditujukan untuk menargetkan musuh-musuh politik ketimbang melakukan reformasi nyata.

Tapi, kampanye ini mendapat dorongan besar secara internasional ketika awal 2020 Luanda Leaks dipublikasikan oleh International Consortium of Investigative Journalists. Dokumen yang bocor dalam jumlah besar ini memperlihatkan kepada rakyat betapa rakusnya Isabel.

Lewat koneksinya dengan kekuasaan, Isabel dos Santos dan suaminya membangun kerajaan bisnis. Ada empat ratusan perusahaan di empat puluh satu negara. Sembilan puluh empat di antaranya terdaftar di negara surga pajak.

Mereka juga menggunakan jasa perusahaan ternama seperti Boston Consulting Group, PwC, dan KPMG untuk mengelola kekayaan tersebut.

Nama Isabel pun mendadak berpindah dari halaman bisnis ke sorotan investigasi. Dunia yang dulu memujanya kini menarik diri. Perusahaan-perusahaan konsultan besar yang pernah bekerja sama, mulai menghapus jejak keterlibatan.

Apa yang dulu disebut sebagai kecerdasan bisnis, kini dipertanyakan kembali sebagai bentuk privilese dan peluang yang hanya mungkin dimiliki oleh mereka yang lahir dalam lingkar kekuasaan.

Namun kisah Isabel dos Santos tidak sesederhana hitam dan putih. Ia pernah mendorong inovasi, membuka lapangan kerja, dan menjadi panutan bagi perempuan yang bermimpi lebih tinggi.

Karenanya, saat kekayaan itu dicurigai sebagai hasil dari sistem yang timpang, pertanyaan pun muncul: apakah kesuksesan tersebut lahir dari kerja keras, atau karena dibukanya pintu-pintu yang hanya diakses oleh segelintir orang?

Dalam dunia yang terus berubah, Isabel menjadi gambaran nyata tentang bagaimana kekuasaan dapat mengangkat sekaligus menjatuhkan. Ia bukan hanya tokoh yang dihukum oleh hukum dan opini publik, tetapi juga simbol dari transisi sebuah bangsa—dari era kedekatan politik menuju tuntutan transparansi dan keadilan.

Hingga kini, Isabel dos Santos menghadapi risiko hukum yang serius dan dilarang memasuki wilayah Amerika Serikat.

Kisah Isabel menghadirkan refleksi tentang integritas, warisan kekuasaan, dan harga dari sebuah nama besar. Dalam setiap keputusan yang dibuat oleh mereka yang berada di puncak, selalu ada konsekuensi yang menjalar jauh melampaui ruang rapat atau angka di laporan keuangan.

Dalam kasus Isabel dos Santos, konsekuensi itu membentuk sejarah, membuka mata, dan mengubah persepsi tentang makna sesungguhnya dari kekayaan dan kehormatan.

RUJUKAN

Taylor, A. (2024). Higher ground: How business can do the right thing in a turbulent world. Harvard Business Review Press.

International Consortium of Investigative Journalists. (2020, January 19). Luanda Leaks: How Africa’s richest woman exploited family ties, shell companies and inside deals. https://www.icij.org/investigations/luanda-leaks/

Translate »
error: kabarmetro.id