BerandaSosial budayaSahur On The Road, Kelompok Musik Dug Dug Saling...

Sahur On The Road, Kelompok Musik Dug Dug Saling Unjuk Kebolehan

Kabarmetro.id, KOTA PROBOLINGGO – Makan sahur bagi umat muslim yang akan menjalankan ibadah puasa hukumnya sunah. Kendati demikian, makan sahur sangat dianjurkan oleh Nabi Muhammad karena terdapat keberkahan di dalamnya. Oleh karena itu, selama bulan suci Ramadan, biasanya dijumpai tradisi membangunkan orang sahur agar tidak ada umat Islam yang melewatkannya. Tradisi membangunkan sahur dapat dijumpai di berbagai wilayah di Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam.

Musik dug-dug adalah salah satu kesenian tradisional masyarakat sejak dulu. Dahulu, awal munculnya music dug-dug hanyalah berupa bebunyian yang dihasilkan dari tong-tong (gentongan). Namun, akhirnya semakin berkembang dengan adanya tambahan alat musik yang lain, seperti: gong, kenong, gendang, rebana, serta kereta dorong sebagai alat penggeraknya. Sabtu (8/4/23) malam.

Setiap malam minggu menjelang sahur di bulan Ramadhan, suasana Kota Probolinggo selalu menjadi saksi kegiatan budaya yang turun-temurun di daerah ini.

Suara merdu musik Jabong Sagere Percussion terdengar dari kejauhan, dan semakin mendekat ketika kita mulai mendekati. Dan ini telah menjadi tradisi masyarakat Kota Probolinggo selama bertahun-tahun.

Masyarakat yang datang dari berbagai wilayah tersebut menanti kedatangan grup musik dug dug Jabong Sagere yang tampil melewati Jalan Gatot Subroto Hingga Jalan Panglima Sudirman.

Keunikan musik ini dengan instrumen rebana, gendang, gong, suling, dan kenong memberikan kesan yang mendalam dan menggugah hati bagi siapa saja yang mendengarnya.

Pantauan di lapangan, semakin malam, semakin berdatangan kelompok musik dug dug yang datang saling adu tetabuhan untuk membangunkan orang sahur .

Hamdani (60) salah satu warga mengaku sengaja datang dini hari hanya sekedar ingin menonton kelompok musik Jabong Sagere ini.

“Walaupun sekedar membangunkan orang sahur, tapi banyak yang nonton sampai macet karena meriahnya kelompok musik daul ini tampil,” ujarnya, Minggu (9/4/23).

Sementara itu, Fandi mengatakan bahwa saat ini kecintaan terhadap tradisi dan budaya musik daul ini sudah mulai merambah ke anak usia dini.

Banyak anak kecil yang ikut menonton bahkan menjadi pemain, sehingga hal tersebut merupakan hal positif sebagai wujud melestarikan budaya music seperti Jabong Sagere ini.

“Semoga tradisi ini untuk dilestarikan dan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari identitas budaya masyarakat Kota Probolinggo saat melakukan ibadah makan sahur,” tukasnya. (Choy)