Kabarmetro.id, TASIKMALAYA – Dialog Kebangsaan yang diadakan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Dan Bedah Buku berjudul ‘ISLAM DAN PANCASILA’ dilihat dari perspektif Maqashid Syariah yang disampaikan Kepala BPIP Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D, memperkenalkan salam Pancasila yang merupakan salam Kebangsaan sebagai pemersatu bangsa.
Pemakaian salam ini menurutnya, bukan pengganti salam keagamaan, melainkan salam pemersatu yang pemakaiannya tidak bermaksud mengganti salam keagamaan. Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki peran sebagai alat pemersatu bangsa. Terbukti ada ribuan suku bangsa yang bersatu setelah proklamasi kemerdekaan dan Pancasila yang menjadi dasar negara Bangsa Indonesia.
“Kita sudah sepakat bahwa Pancasila itu sebagai dasar negara. Maka itu, mau tidak mau semua elemen masyarakat harus mengimplementasikan mengaktualisasikan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara,” ucap Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D, Kepala BPIP kepada wartawan usai acara di Gedung Dakwah Islam Jln. Masjid Agung Kota Tasikmalaya, Sabtu (11/11/23).
Setelah sesi Dialog Kebangsaan dengan para peserta yang disampaikan langsung oleh Prof. Yudian Wahyudi sendiri, dilanjut dengan mengikuti Bedah Buku berjudul ‘ISLAM DAN PANCASILA’ Perspektif Maqashid Syariah oleh Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D.
Isi dari buku ini membahas tentang relasi Islam dengan Pancasila dilihat dari Maqashid Syariah (Tujuan Hukum Islam) sebagai metode versi Prof. Drs. KH. Yudian Wahyudi, MA, Ph.D, seorang Filsuf Hukum Islam (Usul Fiqh) yang juga Kepala BPIP sejak 5 Pebrhari 2020.
Dalam kerangka Tauhid integratif, Pancasila merupakan praktik dari integrasi ayat-ayat teologis ke dalam ayat-ayat kemanusiaan dan sosial kemasyarakatan. Hal ini berangkat dari kesatuan nilai dalam Pancasila, dimana sila Ketuhanan Yang Maha Esa (Tauhid) menjadi sumber bagi sila-sila dibawahnya.
Sisi lainnya lanjut dia, dalam perspektif Maqashid Syariah, Pancasila merupakan praktik dari tujuan utama Syariah Islam, baik yang bersifat hak-hak niscaya (Dlaruriyyat), kebutuhan (Hajiyyat) maupun ornamental (Tahsiniyyat).
Lanjut Prof. Yudian Wahyudi lagi, alih-alih bertentangan dengan Islam, Pancasila justru merupakan Praktik Nasional dan nilai-nilai Islam.
Dalam buku itu juga tergambarkan dengan jelas bagaimana Syaiful Arif selaku penulis buku tersebut memperkuat Pancasila dengan Islam, bagaimana Prof. Yudian Wahyudi ‘ Menjahit ‘ pemikiran Presiden Soekarno, Wakil Presiden Moh. Hatta dan Wakil Presiden+Presiden Megawati. Kemudian, karya Syaiful Arif ini dapat menjadi pengantar yang memantik dialektika intelektual yang progresif dan mencerahkan, paparnya. (Adit)