Menurut Profesor Emeritus bidang etnomusikologi, Margaret Joy Kartomi, talempong diduga dibawa masuk ke Minangkabau pada abad ke-13, bersamaan dengan berkembangnya Islam di Ranah Minang. Alat musik ini terbuat dari campuran tembaga, timah putih, dan besi putih, dengan kualitas suara tergantung pada unsur logam pembentuknya.
Talempong memiliki dua teknik bermain yang memperkaya keindahannya. Teknik tradisional, seperti talempong pacik, memainkan alat musik secara langsung dengan memegangnya, sementara teknik modern menempatkan talempong dalam wadah kayu dengan rel khusus, memudahkan para pemainnya.
Uniknya, talempong tidak hanya dimainkan pada acara adat, tetapi juga telah terkawinkan dengan berbagai genre musik modern oleh komposer muda Sumatera Barat, seperti jazz, pop, blues, hingga rock. Hal ini membuktikan fleksibilitas dan keindahan talempong yang tak tertandingi.
Meskipun demikian, pelestarian seni talempong masih menjadi tantangan. Diperlukan perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat untuk terus menjaga dan mengembangkan warisan budaya ini, serta melibatkan generasi muda agar tetap melestarikan tradisi yang kaya akan nilai-nilai dan keindahan.
Talempong bukan sekadar alat musik, melainkan juga simbol kebanggaan dan identitas bagi masyarakat Minangkabau. Dengan upaya pelestarian yang berkelanjutan, keindahan talempong akan terus mengalun memperkaya khazanah budaya Indonesia.
#Talempong #SeniBudaya #WarisanTakbenda #Minangkabau #PelestarianBudaya