Kampanye penolakan terhadap Biden yang dijuluki #AbandonBiden ini adalah respons atas dukungan Gedung Putih atas genosida di Jalur Gaza oleh Israel — yang dibumbui dalih ‘mempertahankan diri’.
Dikutip dari Al Jazeera, kampanye #AbandonBiden bermula dari aksi warga muslim Amerika di Minnesota, kemudian meluas ke negara-negara bagian lain yang krusial dalam pemungutan suara seperti Michigan, Arizona, Wisconsin, Pennsylvania, dan Florida.
Kampanye #AbandonBiden berasal dari kekecewaan warga muslim Amerika lantaran Biden beserta Partai Demokrat yang dipimpinnya enggan menyerukan gencatan senjata di Jalur Gaza. Padahal, korban jiwa Palestina di wilayah kantong itu nyaris mencapai 15 ribu.
Pihak berwenang AS dan Israel selama ini kekeuh menolak tekanan internasional untuk menyerukan gencatan senjata permanen di Jalur Gaza. Terlebih, Wakil Presiden Kamala Harris pada Sabtu (2/11/23) juga kembali menggemakan hak Israel untuk ‘mempertahankan diri’.
“Kampanye #AbandonBiden 2024 ini dilatarbelakangi oleh pemilihan presiden 2024 yang akan datang dan keputusan untuk menarik dukungan bagi Presiden Biden karena keengganannya untuk menyerukan gencatan senjata dan melindungi orang-orang tak berdosa di Palestina dan Israel,” bunyi pernyataan anggota kampanye #AbandonBiden kepada Axios.
Penolakan dari populasi muslim dan Arab Amerika — yang berjumlah sekitar 6 juta orang, dapat membawa tantangan dalam prospek Biden untuk terpilih menjadi presiden periode keduanya.
Meski begitu, warga muslim Amerika saat ini pun bimbang, karena tak ada kandidat lain yang dapat mewakili suara dan asipirasinya. Adapun Biden digadang-gadankan akan kembali bersaing dengan eks Presiden Donald Trump dari Partai Republik.
Trump, pada gilirannya, secara terbuka menyuarakan penentangan atas imigran muslim dan tidak juga lebih baik dari Biden. “Kami tidak memiliki dua pilihan. Kita memiliki banyak pilihan,” kata Direktur Council on American–Islamic Relations (CAIR) cabang Minnesota, Jaylani Hussein, ketika ditanya alternatif kandidat lain selain Biden.
“Kami tidak mendukung Trump,” jelasnya. Namun, Hussein mengaku komunitas muslim di AS akan memutuskan bagaimana mereka akan memilih dalam pemilu nantinya.
Sejak pertempuran pecah di Jalur Gaza awal Oktober lalu, Biden telah berulang kali menyuarakan dukungannya terhadap Israel — pada saat bersamaan, mendukung two-state solution sebagai jalan keluar dari krisis Palestina dan Israel.
Biden menentang gencatan senjata di Jalur Gaza dengan alasan itu hanya akan menguntungkan Hamas. Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) juga bahkan berbagi informasi intelijen bahwa Hamas telah mendirikan terowongan bawah tanah di berbagai rumah sakit di Jalur Gaza sebagai pusat komando.
Faktanya, klaim itu sampai saat ini tidak terbukti sementara ratusan orang dari segala usia meninggal dunia setiap harinya. Sejak saat itu, popularitas di kalangan warga AS menyusut, menjadi hanya 17 persen padahal dia memiliki mayoritas besar pada 2020. (TM)