BerandaNewsPanas! Dugaan Gratifikasi Setoran Dana Desa, Berkas Sudah Siap...

Panas! Dugaan Gratifikasi Setoran Dana Desa, Berkas Sudah Siap Dibawa ke KPK

Lampung Barat || Banyak oknum terlibat atas dugaan gratifikasi setoran dana desa, kini memanas setelah terendusnya dugaan gratifikasi setoran dana desa yang di perkirakan memakan uang rakyat milliaran rupiah, Minggu (5/1/25).

LSM GMBI yang mengangkat persoalan ini ke publik dan sudah menyiapkan laporan dugaan (LAPDU) ke Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menegaskan akan mengawal persoalan ini sampai dalangnya terungkap.

Menurut ketua LSM GMBI Lampung Barat, persoalan ini sudah mereka sampaikan juga ke jajaran provinsi dan pengurus provinsi yang memberikan dukungan penuh untuk melaporkan persoalan ini ke KPK.

Dedi Susanto, selaku ketua LSM GMBI Lampung Barat mengatakan, pola permaian gratifikasi/setoran ini ibarat permainan kelompok mafia yang di lakukan secara terstruktur dan masif, dengan melibatkan banyak pihak tapi yang diuntungkan cuma segilintir oknum.

“Kajian analisa dari video dan rekaman rekaman yang kami dapatkan, keterangan itu, mengarahkan ke satu DALANG utama oknum pejabat/penguasa, tapi ada satu sosok penghubung yang secara aktif mulai dari mengumpulkan forum untuk menyampaikan terkait setoran, sampai jemput bola mengambil uangnya ke lapangan. ungkapnya.

Lebih lanjut ketua LSM GMBI ini menyampaikan “Namun tidak ada kejahatan yang sempurna, praktik pengumpulan jatah haram ini tetap saja menyisakan kecerobohan si oknum sehingga membuat celah ini terungkap dan menjadi viral”

Menutup pembicaraan Dedi mengatakan “semua bukti keterangan baik audio maupun visual sudah kami dapatkan dan itu yang kami jadikan bukti petunjuk awal untuk mengungkap dugaan graifrikasi sampai ke akar akarnya”

Berita tentang dugaan gratifikasi/setoran dana desa di Kabupaten Lampung Barat, ibarat hujan es di tengah teriknya panas sinar matahari, yang membuat banyak pihak kelimpungan.

Pola permainan dugaan gratifikasi/setoran ini membuat para kepala desa pusing tujuh keliling dan ibarat memakan buah simalakama.

Ketakutan di cap sebagai pembangkang/pemberontak cukup membuat para kepala desa menjadi tersandera kepentingan oknum penguasa dengan mengorbankan kepentingan masyarakat desanya.(Bak)