Kabarmetro.id, JAKARTA – Kemacetan yang terus terjadi di DKI Jakarta bahkan Jabodetabek, mendorong pemerintah melakukan berbagai strategi guna mengurangi dampaknya. Diantaranya, pemerintah telah menyiapkan KRL (Kereta Rel Listrik) Commuter Line yang mampu melayani masyarakat ke segala penjuru Jabodetabek, lalu ada MRT (Mass Rapid Transit) dan yang terbaru adalah LRT (Light Rail Transit).
LRT yang merupakan proyek transportasi masal andalan pemerintah Joko Widodo ini, sudah resmi beroperasi pada tanggal 28 Agustus 2023. Saat ini, selama bulan September 2023 pemerintah memberlakukan tarif sementara jauh dekat Rp 5.000,-. Peresmian LRT tersebut mengakhiri penantian panjang masyarakat yang pertama kali dibangun sejak 2014 dan menghabiskan dana Rp 32,6 triliun.
Hadirnya LRT membuat banyak masyarakat antusias untuk mencoba merasakannya. Terdapat 12 stasiun pemberhentian LRT yang tersebar di Jakarta, Bogor, Depok dan Bekasi. Mengutip dari detik.com, stasiun LRT saat ini berada di stasiun Dukuh Atas, Setiabudi, Rasuna Said, Kuningan, Pancoran, Cikoko, Ciliwung, TMII, Kampung Rambutan, Ciracas, Harjamukti, Halim, Jatibening Baru, Cikunir I, Cikunir II, Bekasi Barat, dan Jati Mulya. LRT saat ini dua line perjalanan yaitu Line Cibubur yang melewati Stasiun Dukuh Atas-Cawang-Harjamukti (PP) dan Line Bekasi yang melewati Stasiun Dukuh Atas-Cawang-Halim-Jatimulya (PP).
Mayoritas pendapat masyarakat yang sudah menaiki LRT cenderung positif jika dilihat dari beberapa kendala LRT sejak hari pertama beroperasi. Iroh, salah satu penumpang LRT mengatakan pengalamannya menaiki LRT dari Jatimulya ke Cawang yang dirasakan adalah aman dan nyaman serta bersih. Ia juga mengungkapkan bahwa jadwal waktu tunggu LRT perlu di percepat dan ditambah lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat banyak.
“Karena ini baru pertama kali saya naik LRT yang saya rasakan nyaman, aman, bisa lihat kota Jakarta dari atas juga. Cuman untuk waktu tunggunya itu lumayan lama ya 15 sampai 20 menit itu sih yang saya rasa kedepannya perlu di perbaiki lagi estimasi nunggunya mungkin setiap 5 menit ada terutama di jam-jam sibuk, lalu tadi LRTnya juga sempet berhenti di tengah jalan dan remnya agak kasar juga setiap berhenti,” ungkapnya.
Penumpang lain yang telah merasakan LRT, Andi mengatakan LRT ini membantu dirinya lebih cepat tiba dikantornya. Meski masih banyak kekurangan seperti pengereman yang kasar, baginya, karya anak bangsa ini harus diapresiasi.
“Secara keseluruhan baik, tentu ada minusnya sedikit dan kalau ada minus itu saya pikir wajar, karena ini baru sekali dan tetap produk anak Negeri harus dihargai, ada yang kurang-kurang harus dimaklumi,” ungkapnya
Banyaknya masyarakat yang antusias menaiki LRT tentu menimbulkan berbagai hal yang dirasakan. Sebelumnya masyarakat sempat mengeluhkan beberapa hal di LRT seperti yaitu waktu tunggu yang lama yaitu 20 menit, pintu yang dianggap rendah, kereta yang lama tertahan, rem yang disebut terlalu kasar, dan listrik padam.
Masalah LRT
Berikut sejumlah keluhan dari masyarakat yang dirangkum tim redaksi propertynbank.com dari berbagai sumber dan pertanyaan langsung kepada pengguna LRT beberapa waktu lalu :
- Waktu Tunggu yang lama
Jadwal tiba LRT yang cukup memangkas waktu yaitu 20 menit menjadi hal yang paling banyak dikeluhkan oleh para pengguna. Selain itu belum ada jadwal yang pasti membuat masyarakat hanya mengandalkan waktu layer yang tersedia. Masyarakat menganggap hal ini perlu diperhatikan dan memperbanyak LRT karena bisa mengurangi kepadatan terutama di jam padat.
- Pintu dianggap terlalu rendah
Pintu LRT bagi sebagian masyarakat dianggap terlalu rendah sehingga akan menyulitkan bagi penumpang yang memiliki tinggi badan yang lebih. Dalam hal ini tentu penumpang harus menundukkan kepala saat masuk dan keluar kereta. Manager Public Relations LRT Jabodebek Kuswardoyo mengungkapkan, tinggi pintu disesuaikan dengan ukuran rata-rata warga Indonesia, yakni 160 sentimeter. Sayangnya, persoalan ini tidak bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Sebab, operasional LRT Jabodebek menggunakan sistem yang saling berkaitan satu dengan lainnya.
“Jadi ketika mengubah salah satu paling dekat pintu saja sistem harus berubah. Ketika diubah harus semua diubah dan update lagi butuh waktu lama,” ungkapnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Selasa (29/8/23).
- Rem yang terlalu kasar
Sistem pemberhentian kereta juga dianggap kurang mulus oleh masyarakat. Kuswardoyo mengatakan hal itu tidak berpengaruh bagi keamanan LRT. Pihaknya sudah memiliki catatan terkait masalah pengereman ini. Menurutnya, hal ini terjadi karena jarak perjalanan kereta yang pendek.
“Kalau sistem pengereman, memang ada beberapa catatan yang harus kami perbaiki. Kenapa sistem remnya masih terasa keras? Memang karena jarak perjalanan kereta pendek,” ucapnya.
- Listrik padam
Selain rem yang terlalu kasar, listrik pada bagian kereta lain pada Rabu pagi juga mengalami gangguan. Hal ini membuat pendingin ruangan (AC) mati dan lampu kereta padam. Menurut Kuswardoyo, gangguan listrik ini disebabkan oleh gangguan pada Traction Power Supply Substant (TPSS), sehingga menyebabkan padamnya aliran listrik.
Baca Juga : LRT Jabodebek Segera Beroperasi, Proyek LRT City Makin Diminati
“Jadi kalau di Halim itu terjadi gangguan pada pembangkit listriknya, TPSS yang ada. Jadi terjadi gangguan sehingga TPSS-nya drop,” ujarnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, Rabu (30/8/23).
Tarif LRT Jabodebek dipatok dengan tarif Rp 5.000 hingga akhir September 2023. Setelah promo berakhir, tarif menjadi Rp 5.000 untuk satu kilometer pertama, dan Rp 700 untuk tiap kilometer selanjutnya. Jam LRT beroperasi saat ini pukul 5.00 WIB hingga 18.20 WIB. Perubahan jadwal dan operasi akan dilakukan terhitung setelah September 2023. (Adit)