Psikiater di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dr Gina Anindyajati, Sp.KJ, menjelaskan seseorang harus bisa lebih dulu jujur kepada diri sendiri sebagai langkah awal jaga hubungan dengan pasangan agar tetap romantis dan harmonis.
“Penting bagi individu mengenali konflik yang terjadi. Konflik tidak selalu masalah dengan orang lain tetapi dengan diri sendiri juga, misalnya rasa nyeri, gangguan fungsi seksual,” katanya, Jakarta, Sabtu (23/9/23).
Setiap orang yang sudah menikah harus bisa membuka percakapan untuk membicarakan apa masalah yang terjadi dalam dirinya dan dalam menjalin hubungan. Adanya keterbukaan satu sama lain menjadi kunci, agar hubungan yang romantis tetap bisa terjaga dengan baik.
“Nah yang harus hati-hati membicarakan konflik itu tidak satu arah, enggak hanya bicara saja tetapi proses mendengarkan. Bagaimana kita bisa bicara kemudian saling mendengarkan dengan pasangan,” paparnya.
Contoh yang sering terjadi adalah ketika suami mengalami perubahan dalam kualitas ereksinya. Misalnya, hai ini tidak pernah terjadi saat pertama kali terjadi di awal pernikahan.
Hal tersebut bisa sebenarnya dibicarakan dengan baik kepada istri, agar timbul pengertian dan bekerja sama.
Gina menambahkan, couple wellbeing sejatinya adalah kesejahteraan pasangan secara keseluruhan dalam sebuah hubungan romantik, sehingga terdapat kesehatan fisik dan mental yang baik dalam hubungan tersebut.
Sejumlah hal mulai dari nilai yang berbeda, tanggung jawab, kepribadian, keuangan, seks, komunikasi, kesehatan, serta masalah keluarga bisa menjadi pemicu konflik pada pasangan.
“Masalah patut diselesaikan dengan baik karena apabila hubungan pasangan terjalani dengan baik, akan terdapat kesejahteraan emosional, kualitas hidup yang baik, serta kesejahteraan seksual. Happy Couple, Happy Family, Happy Life,” ungkapnya. (Aria)