Kabarmetro.id, KOTA PROBOLINGGO – Kondisi cuaca tak menentu membuat sejumlah sektor usaha mengalami ketidakstabilan produksi.
Salah satunya sektor peternakan ayam petelur.Seperti yang dirasakan peternak di kawasan Kelurahan Jrebeng Lor Kecamatan Kedopok.
Seperti yang dialami peternak ayam petelur, Doris warga di RT 04 – RW 08 Kelurahan Jrebeng Lor.Dia menyatakan, produksi telur naik turun karena cuaca tak menentu, khususnya saat cuaca panas.
Satu per satu harga bahan pokok bergejolak. Setelah beras dan minyak goreng, kini menyusul telur ayam yang harganya kelewat mahal di Pasar Tradisional di Kota Probolinggo. Daya beli masyarakat berkurang lantaran kenaikannya mencapai Rp 6 ribu per kilogram.‘’Sepekan ini jarang yang beli telur,’’ kata Yanto, salah satu pedagang Pasar Kronong. Jum,at (8/3/24).
Yanto mengungkapkan, harga telur ayam tembus Rp 31 ribu per kilogram sejak beberapa hari yang lalu. Padahal normalnya di kisaran Rp 25 ribu. Kenaikan tersebut membuatnya berkurangnya pembeli.
Berkurang separo dari penjualan ketika harganya normal. ‘’Stok dari supplier dan distributor sedikit. Jadi, harganya mahal,’’ ujarnya.
Menurut Doris salah satu peternak telur mengatakan, mahalnya harga telur ayam akibat cuaca yang tak menentu.
Udara yang cukup dingin sepekan terakhir juga memengaruhi produktivitas. Bila 1000 ekor ayam hanya mampu menghasilkan separuhnya saja.‘’Produksi turun akibat cuaca tidak menentu. Siang panas tapi masih hujan, dan kalau malam suhunya dingin.
Akibatnya, produksi telur menurun yang diiringi berat badan ayam juga ikut turun, Kondisi tersebut juga menyebabkan sistem kekebalan tubuh ayam melemah,” urainya. (Choy)